Dari beberapa perbedaan tersebut, para ahli kemudia mengkaji lebih mendalam dari segi pengertian Al-Qur’an, sejarah turunnya Al-Qur’an, penulisanserta rasm Al-Qur’an pada masa nabi Muhammad SAW serta khulafaur Rasyidin dan bagaimana proses penyempurnaan Al-Qur’an pada masa setelah para Khulafaur rasyidin telah wafat. Sementara al Baqilani dalam kitabnya I’jazat al Qur’an mengemukakan tiga aspek yaitu tentang 1) ke ummy-an Nabi SAW sebagai pengemban wahyu, 2) berita tentang hal yang ghaib, dan 3) tidak adanya kontradiksi dalam al Qur’an. Rusydi AM mengemukakan bahwa kemukjizatan al Qur’an terletak pada segi fashahah dan balaghah-nya, susunan dan gaya 1. Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah. Pada masa ini Rasulullah mengangkat beberapa orang untuk dijadikan sebagai jurutulis, diantaranya Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Zaid bin Tsabit dan lain-lain. Tugas mereka adalah merekam dalam bentuk tulisan semua wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Penulisan Al-Qur’an sudah dimulai sejak era Rasulullah SAW. Meski pada saat itu Al-Qur’an lebih banyak dihafal oleh para sahabat. Itu berkaitan dengan tradisi masyarakat Arab yang lebih familiar dengan hafalan ketimbang dunia baca-tulis. D i sisi lain, pada masa Nabi SAW, jumlah orang yang bisa membaca dan menulis masih sedikit. Hanya bisa . Uploaded byAffection Fahrul 0% found this document useful 0 votes8 views11 pagesDescriptionBismillahCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes8 views11 pagesMAKALAH Rasm QuranUploaded byAffection Fahrul DescriptionBismillahFull descriptionJump to Page You are on page 1of 11Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 6 to 10 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Makalah Tentang Rasm Al Qur'an B. Pengertian Rasm Al-Qur'an Rasm al-Quran yang disebut juga rasm utsmani ialah penulisan al-Qur'an oleh para sahabat dengan kaidah khusus yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Arab. Kaidah ini teringkas dalam enam kaidah; Al–Hadzf membuang,menghilangkan, atau meniadakan huruf. Contohnya, menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’ يَََآَ يها النا س . Al-Ziyadah penambahan, seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hukum jama’ بنوا اسرا ئيل dan menambah alif setelah hamzah marsumah hamzah yang terletak di atas lukisan wawu تالله تفتؤا. Al-Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf berharakat yang sebelumnya, contoh ائذن . Badal penggantian, seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata الصلوة. Washal dan fashl penyambungan dan pemisahan,seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan disambung كلما . Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf ustmani,penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya,ملك يوم الدين . Ayat ini boleh dibaca dengan menetapkan alif yakni dibaca dua alif, boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakat yakni dibaca satu alif. C. Susunan Ayat Dan Surah Dalam Rasm Utsmani Dalam Al-Itqan, As-Suyuthi mengatakan bahwa berdasarkan Ijma dan nash-nash yang ada, susunan surat dan ayat dalam al-Qur'an adalah tawqifi. Ijma' tentang urutan ayat dan surat ini telah dinukil oleh sebagian besar ulama, diantaranya adalah Az-Zarkasyi dalam kitab "Al-Burhan", dan Abu Ja'far bin Zubair dalam kitab "Al-Munasabat". Sedangkan dari nash diantaranya adalah hadits riwayat Zaid bin Tsabit, ia berkata كنا نؤلفُ القرآن من الرِّقاع "Kami menulis al-quran dari riqa', yakni mengumpulkannya untuk menertibkannya" Dan banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan. Nama surat juga tawqifi. Dalilnya ialah hadits Muslim dari Abuh Hurairah ان البيت الذى تقرأ فيه البقرة لا يدخله شيطان "Sesungguhnya rumah yang dibacakan surat al-Baqarah tidak akan kemasukan syetan". HR. Muslim Ulama yang mengatakan bahwa urutan surah bukan tawqifi, tetapi hasil ijtihad para sahabat menggunakan dalil dari hadits riwayat Muslim dari Hudzaifah yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW dalam sebuah shalat pada rakaat pertama membaca surat An Nisa dan pada rakaat kedua membaca surat Ali Imran. Ini membuktikan bahwa urutan surat dalam al-Qur'an adalah hasil ijtihad para sahabat, seperti yang dikatakan al-Qadli 'Iyadl. D. Perbedaan Ulama Tentang Kedudukan Rasm Utsmani Mushaf-mushaf yang dikirim Utsman ke seluruh penjuru negeri yang disebut sebagai rasm utsmani, adalah mushaf yang wajib diikuti berdasar kesepakatan para ulama, meskipun kita tidak begitu mengerti apa hikmah dibalik perbedaan metode penulisan Rasm Utsmani dengan kaidah-kaidah penulisan dalam bahasa Arab. Hukum wajib ini bukan tanpa alasan. Menurut sebagian ulama rasm utsmani telah disepaki oleh 12000 sahabat. Kesepakatan ini menjadikan sebuah kewajiban bagi kita untuk ittiba'. Rasulullah SAW memerintahkan kita berpegang teguh terhadap sunnah beliau dan sunnah-sunnah khulafa'ur rasyidin. Imam Al-Baihaqi dalam kitab haditsnya "Syu'bul Iman", mengatakan bahwa hendaknya kita membaca dan menulis Al-Qur'an sesuai dengan apa yang telah ditulis para sahabat. Karena mereka lebih banyak ilmunya, lebih benar hati dan lisannya, dan lebih besar amanahnya. Syeikh Abduraahman bin Al-Qadli al-Magrabi mengatakan bahwa hukum menulis al-Qur'an tidak sesuai dengan rasm utsmani adalah haram. Alasan yang dijadikan dalil memperbolehkan penulisan Al-Qur'an yang tidak sesuai dengan rasm utsmani berupa ketidak mengertian kalangan awam atas rasm utsmani dan akan mengakibatkan mereka keliru dalam membaca al-Qur'an dan alasan-alasan yang lain, adalah alasan yang tidak dapat diterima karena ini bertentangan dengan apa yang telah disepakati oleh sebagian besar sahabat dan para ulama sesudahnya. Jika ditanya, mengapa kita tidak memakai mushaf Abu Bakar saja, padahal mushaf tersebut ada sebelum mushaf utsman? Jawabannya adalah bahwa mushaf Abu Bakar mengumpulkan ketujuh wajah qira'ah di mana di dalam penulisannya mengakibatkan adanya perbedaan antar satu qira'ah dengan qari'ah yang lain, untuk menghindari kerancuan. Lagi pula mushaf Abu Bakar telah sirna karena ikut tercuci saat Hafshah binti Umar ummul mukminin meninggal. Sedangkan mushaf utsman dinukil dari mushaf Abu Bakar yang hanya menuliskan satu qiraah yakni qiraah dengan dialek bahasa bangsa Quraisy. E. Rasm Utsmani Diantara Qira'ah-Qira'ah Yang Lain Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Abbas, beliau berkata bahwa Rasulullah bersabda أقرأنى جبريل على حرف فراجعته فلم أزل أستزيد ويزيدني حتى انتهى إلى سبعة أحرف "Jibril membacakan kepadaku satu huruf bacaan al-Qur'an lalu saya mengikutinya. Tidak henti-hentinya saya memintanya mengulangi. Dan dia mengulanginya hingga sampai tujuh macam bacaan". HR. Bukhari. Hadits ini adalah dalil bahwa Al-Qur'an memang diturunkan dengan tujuh macam qira'ah. Ketujuhmacam qiraah tadi adalah shahih berdasar pengajaran Jibril kepada Rasulullah dan ketujuh macam qiraah tadi juga disampaikan semuanya kepada sahabat. Sebagaimana dijelaskan di atas mengikuti rasm utsmani adalah wajib. Hukum wajib ini akan bertentangan dengan status shahih dari qiraah yang lain dan bisa mengharamkan qiraah sahih dan mutawatir lain yang tidak sesuai dengan rasm utsmani. Syeikh Muhammad Ali Ad Dlibagh mengatakan bahwa, rasm utsmani adalah salah satu rukun dari rukun-rukun ketujuh qira'ah al-Qur'an, maka setiap qira'ah sama sekali tidak bertentangan dengan rasm utsmani. Beliau menambahkan bahwa ketika seseorang menulis al-Qur'an yang di dalamnya ada qiraah yang berbeda dan harus menggunakan tulisan yang berbeda pula, maka yang harus dilakukan menulisnya sesuai dengan rasm utsmani lalu memberinya harakat atau tanda-tanda lain, sehingga ia tidak dikatakan menyalahi mushaf utsmani. Sebab yang diharuskan mengikuti rasm utsmani ialah hanya bentuk penulisan. F. Pendapat Ulama Tentang Status Tawqifi Pada Rasm Utsmani Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Sebagian mereka berpendapat bahwa rasm utsmani adalah tauqifi, dan diajarkan oleh rasulullah SAW. Hal ini berdasarkan riwayat bahwa Rasulullah membacakan ayat al-Quran di hadapan Zaid bin Tsabit untuk ditulis imla', seperti penulisan واخشوني dengan menggunakan ya' pada surat Al-Baqarah dan tanpa ya' dalam surat Al-Maidah. Contoh-contoh lain banyak di dalam al-Quran, yang semuanya disaksikan sekelompok besar sahabat. Semua dasar itu membuktikan rasm al-Qur'an adalah tawqifi bukan hasil hasil ijtihad para sahabat. Alasan lain adalah sudah ditulisnya al-Qur'an sejak zaman Rasulullah SAW, meski tidak terkumpul dalam satu tempat dan urutan surat yang belum ditertibkan. Pendapat yang mengatakan rasm utsmani bukan tauqifi melainkan hasil ijtihad sahabat memberikan alasan sebagai berikut Rasulullah adalah seorang ummi, tidak bisa membaca dan menulis, meskipun ini merupakan mukjizat bagi beliau. Zaid bin Tsabit tidak akan berbeda pendapat dengan sahabat yang lain pada kalimah التابوت apakah ditulis dengan ta' atau ha' tak ta'nits, hingga akhirnya sampai ke telinga Utsman dan beliau memerintahkan menulisnya dengan ta'. Jika rasm utsmani tawqifi, maka tidak akan terjadi perbedaan diantara mushaf-mushaf yang beliau kirim ke berbagai daerah. Jika tawqifi, maka Imam Malik tidak akan memperbolehkan penulisan al-Qur'an untuk bahan pelajaran anak-anak yang tidak sesuai dengan rasm utsmani Meskipun para ulama ini mengatakan demikian, bukan berarti berika meremehkan para sahabat penulis al-Qura'n, menganggap mereka telah berbuat teledor atau menganggap mereka bodoh dan tidak paham akan kaidah-kaidah penulisan bahasa Arab, seperti yang didengungkan para orientalis atau kaum Syiah yang menganggap para sahabat penulis al-Qur'an telah berkhianat dengan melakukan tahrif dan taghyir pada al-Qur'an serta membuang banyak ayat al-Qur'an diantaranya adalah ayat yang menjelaskan keberhakan 'Ali bin Abi Thalib atas kursi khalifah sesudah Rasulullah SAW. Ingatlah Allah menjamin Al-Quran melalui firmanNya إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون "Sesunggunya kami telah menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya kami akan melindunginya". G. Usaha Ulama dalam menerjemahkan Gaya Penulisan Mushaf Banyak para ulama yang berusaha menerjemahkan gaya penulisan mushaf utsmani yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan arab yang baku. Banyak alasan-alasan dan hikmah-hikmah yang mereka kemukakan dibalik tulisan mushaf itu. Namun hal ini hanya sebagai penghibur dan pemanis, karena alasan-alasan dan hikmah itu diciptakan jauh sesudah para sahabat wafat, dimana mereka meninggalkan rasm yang tidak diketahui hikmahnya dan tidak dipahami petunjuknya, tanpa memandang alasan-alasan nahwiyah atau sharfiyah yang sudah tercipta. Diantara hikmah-hikmah itu ialah Pembuangan alif dalam بسم الله adalah untuk mempermudah dan meringankan, karena sering digunakan. Ada yang mengatakan bahwa karena alif dibuang maka sebagai petunjuk pembuangan alif, awal penulisan ba' dibuat panjang. Pembuangan wawu pada ayat يمح الله الباطل berfungsi sebagai petunjuk akan cepat hilangnya kebatilah. Penambahan ya' pada والسماء بنينها بإييد berfungsi untuk membedakan lafadz أيدي yang bermakna kekuatan dan yang bermakna tangan. Penambahan Alif pada لا اذبحنه berfungsi sebagai petunjuk bahwa penyembelihan tidak terjadi, seolah-olah لا dalam ayat itu adalah nafiyah. H. Penambahan Titik dan Harokat Titik dan harokat pada zaman sebelum Islam tidak dikenal, begitu pula saat munculnya rasm utsmani. Ketika agama Islam tersebar bukan hanya ke wilayah Arab saja, maka terjadi kesalahan dalam pembacaan al-Qur'an oleh orang-orang non Arab. Orang yang memprakarsai pertama kali penambahan harokat, titik, tanda waqaf dan tanda-tanda yang lain seperti yang kita kenal saat ini adalah Gubernur Mekah Al-Hajjaj Yusuf Ats Tsaqafi, gubernur dzalim pada zaman khalifah Abbasiyah Abdul Malik bin Marwan. Dialah yang telah membunuh banyak ulama dan sahabat dan menghancurkan Ka'bah. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rasmul qur’an merupakan salah satu bagian disiplin ilmu alqur’an yang mempelajari penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga dengan nama Rasm Utsman. Khalifah Usman bin Affan memerintahkan untuk membuat sebuah mushaf Al-Imam, dan membakar semua mushaf selain mushaf Al-Imam. Karena pada zaman Usman bin Affan kekuasaaan Islam telah tersebar meliputi daerah-daerah selain Arab yang memiliki sosio kultur yang berbeda. Hal ini menyebabkan percampuran kultur antar daerah. Sehingga ditakutkan budaya arab murni termasuk di dalamnya lahjah dan cara bacaan menjadi rusak atau bahkan hilang tergilas budaya dari daerah lainnya. Implikasi yang paling ditakutkan adalah rusaknya budaya oral arab akan menyebabkan banyak perbedaan dalam membaca Al-Qur’an. Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada Sayyidina Utsman Istilah ini muncul setelah selesainya penyalinan al-Quran yang dilakukan oleh tim yang dibentuk Ustman pada tahun 25 Hijriyah. Para Ulama Mengistilahkan cara penulisan ini dengan “Rasmul Utsmani’. Yang kemudian dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman Banyak ulama yang berbeda pendapat tentang penulisan ini, ada yang berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi ketetapan langsung dari Rasulullah, mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menerangkan kepada salah satu Kuttab juru tulis wahyu yaitu Mu’awiyah tentang tata cara penulisan wahyu. diantara Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnu al-Mubarak dalam kitabnya “al-Ibriz” yang mengutip perkataan gurunya “ Abdul Aziz al-Dibagh”, “bahwa tulisan yang terdapat pada Rasm Utsmani semuanya memiliki rahasia-rahasia dan tidak ada satupun sahabat yang memiliki andil, seperti halnya diketahui bahwa al-Quran adalah mu’jizat begitu pula tulisannya”. Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, Rasmul Ustmani bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tata cara penulisan al-Quran saja. Rumusan Masalah Apa pengertian dan sejarah Rasm Al-Qur’an? Bagaimana Hukum dan Kedudukan Rasm Al-Qur’an? Apa saja kekeliruan dalam penulisan? Bagaimana susunan Ayat dan Surat Rasm utsmani? Tujuan Penulisan Mampu mengetahui pengertian dan Sejarah Rasm AL-Qur’an. Mengetahui Hukum dan Kedudukan Rasm Al-Qur’an. Mengetahui kekeliruan dalam penulisan. Mengetahui susunan-susunan ayat dan surat ar rasm. BAB II PEMBAHASAN Pengertian dan Sejarah Rasm Al-Qur’an Rasm Al-Qur’an atau Ar-Rasm Al-Utsmani lil Mushafpenulisan mushaf Utsmani adalah Suatu metode khusus dalam penulisan Al-Qur’an yang di tempuh oleh Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy yang di setujui oleh Utsman. Hal ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran meluasnya perbedaan pendapat antara kaum muslim tentang penulisan dan bacaan Al-Qur’an yang benar. Terutama setelah wilayah khilafah islamiyah semakin meluas ke utara. Umat islam pada masa itu mengikuti qiraah sahabat yang berbeda-beda. Perbedaan Qiraah menjadi permasalahan bagi sebagian umat islam yang tidak mengerti dan tahu bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam beberapa versi Qira’ah. Kekhawatiran Utsman dapat terbaca jelas dalam pidatonya “Anda Semua yng dekat denganku berbeda pendapat, apalagi orang-orang yang bertempat jauh denganku, mereka pasti lebih jauh berbeda lagi” Riwayat Daud Ustman inisiatif dengan membentuk tim penulisan kembali Al-Qur’an kedalam beberapa Mushaf dengan acuan pada mushaf Abu Bakar. Tim dikepalai oleh Zaid bin Tsabit, dibantu tiga sahabat Abdullah ibn az-Zubair, Said ibn Al-Ash dan abdurrahman ibn al Harrits ibn Hisyam. Zaid berasal dari suku Madinah sedangkang tiga orang lainnya berasal dari suku Quraisy akan di perlukan dalam memenangkankan logat Quraisy jika terjadi perbedaan antara Zaid dan tiga orang lainnya. Ustman menjelaskan bahwa “jika terjadi perbedaan pendapat dengan zaid maka tulislah dengan logat quraisy, karena al quran diturunkan dalam logat quraisy” HR. Bukhori. Huruf-huruf dibiarkan tanpa titik dan syakal,, karen jika memakai titk dan dan syakal, perbedaan tidak dapat diakomodir. Misalnya fatabayyanu bisa juga di baca fatabayatu dan juga nunsyiruhaa bisa dibaca nusyizuhaa. Perbedaan Rasm al qur’an Mushaf Utsman dengan Mushaf Abu Bakar, yakni Abu Bakar telah menyusun ayat demi ayat sesuai dengan urutan nya yang tauqifi namun belum tersusun surat demi surat. Jadi, Mushaf Utsmani menyempurnakannya dengan mnyusun surat demi surat sesuai urutannya tartib as-suwar. Metode khusus dalam Al-Qur’an yang digunakan oleh 4 sahabat yang disetujui oleh khalifah Utsman. Istilah rasmul Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Para ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu Al–Hadzf membuang,menghilang­kan,atau meniadakan huruf. Contohnya, menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’ يَََآَ يها النا س . Al – Jiyadah penambahan, seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hokum jama’ بنوا اسرا ئيل dan menambah alif setelah hamzah marsumah hamzah yang terletak di atas lukisan wawu تالله تفتؤا. Al – Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah ber-harakat sukun, ditulis dengan huruf ber-harakat yang sebelunya, contoh ائذن . Badal penggantian, seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata الصلوة. Washal dan fashlpenyambungan dan pemisahan,seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan disambung كلما . Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf ustmani,penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya,ملك يوم الدين . Ayt ini boleh dibaca dengan menetapkan alifyakni dibaca dua alif, boleh juga dengan hanya menurut bunyi harakatyakni dibaca satu alif. Hukum dan Kedudukan Rasm Al-Qur’an. Jumhur ulama berpendapat bahwa pola Rasm Utsmani bersifat wajib dengan alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-sahabat yang ditunjuk dan dipercayai Nabi saw. Pola penulisan tersebut bukan merupakan ijtihad para sahabat Nabi, dan para sahabat tidak mungkin melakukan kesepakatan ijma dalam hal-hal yang bertentangan dengan kehendak dan restu Nabi [1] Terdapat sekelompok ulama berpendapat lain, bahwa pola penulisan di dalam rams Ustmani tidak bersifat taufiqi, tetapi hanya ijtihad para sahabat. Tidak pernah ditemukan riyawat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan sebuah riwayat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan sebuah riwayat dikutip oleh Rajab Farjani “Sesungguhnya Rasulullah saw, memerintahkan menulis Al-Qur’an, tetapi tidak memberikan petunjuk teknis penulisannya, dan tidak pula melarang menulisnya dengan pola-pola tertentu.” Dan ada jga riwayat yang mengatakan. “Jibril membacakanku satu huruf bacaan lalu aku mengikutinya. Tiada henti aku mengulanginya, dan aku mengulanginya dalam bentuk tujuh macam bacaan”. Keliruan dalam Penulisan. Mengenai mushaf Utsmani, walaupun sejak awal telah dilakukan evaluasi ulang, ketika dilakukan tauhid al-Mashahif, ternyata tidak luput dari kekeliruan dan inkosistensi. Hal demikian terjadi karena pada masa dilakukannya tauhid al-Mashahif, kaum muslimin belum begitu mengenal dengan baik seni khath dan cara penulisan usluh al-Kitabah. Bahkan mereka belum mengenal tulisan, kecuali beberapa orang saja. Adanya kekeliruan lahn ini, diakui oleh Ustman sendiri. Ibnu Abi Daud meriwayatkan bahwa setelah mereka menyelesaikan naskh Al-Mahsahif, mereka membawa sebuah mushaf kepada Utsman, kemudian dia melihatnya dan mengatakan “Sungguh kalian telah melakukan hal yang baik. Didalamnya aku melihat ada kekeliruan lahn yang lanjutnya Utsman mengatakan “Seandainya yang mengimlakan dan Hudzail dan yang menulis dari tsaqif, tentu ini tidak akan terjadi di atasnya. Waktu akan diluruskan oleh kemampuan bahasa “mereka sepanjang sejarah tidak dilakukan. Disini terdapat hikmah. Karena bila dilakukan, justru oleh tangan-tangan ahli kebatilan yang mengatasnamakan istilah atas kekeliruan, atau dijadikan mainan para pengekor hawa nafsu. Oleh karena itu pula, seperti di atas, Ali bin Abi Thalib mengatakan. “Sejak ini Al-Qur’an tidak dapat diubah apapun.” Susunan Ayat dan Surat Ar Rasm Utsmani Dalam Al-Itqan, As-Suyuthi mengatakan bahwa berdasarkan Ijma dan nash-nash yang ada, susunan surat dan ayat dalam al-Qur’an adalah tawqifi. Ijma’ tentang urutan ayat dan surat ini telah dinukil oleh sebagian besar ulama, diantaranya adalah Az-Zarkasyi dalam kitab “Al-Burhan”, dan Abu Ja’far bin Zubair dalam kitab “Al-Munasabat”. Sedangkan dari nash diantaranya adalah hadits riwayat Zaid bin Tsabit, ia berkata كنا نؤلفُ القرآن من الرِّقاع “Kami menulis al-quran dari riqa’, yakni mengumpulkannya untuk menertibkannya” Dan banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan. Nama surat juga tauqifi. Dalilnya ialah hadits Muslim dari Abuh Hurairah ان البيت الذى تقرأ فيه البقرة لا يدخله شيطان “Sesungguhnya rumah yang dibacakan surat al-Baqarah tidak akan kemasukan syetan”. HR. Muslim Ulama yang mengatakan bahwa urutan surah bukan tauqifi, tetapi hasil ijtihad para sahabat menggunakan dalil dari hadits riwayat Muslim dari Hudzaifah yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW dalam sebuah shalat pada rakaat pertama membaca surat An Nisa dan pada rakaat kedua membaca surat Ali Imran. Ini membuktikan bahwa urutan surat dalam al-Qur’an adalah hasil ijtihad para sahabat, seperti yang dikatakan al-Qadli Iyadl. BAB III PENUTUP Kesimpulan Rasm utsmani adalah sebuah prestasi gemilang dalam sejarah perkembangan Islam, meredam perbedaan dan menghindarkan Al-Qur’an dari kesirnaan. Jika rasm utsmani tidak ada, mungkin al-Qur’an tidak akan pernah sampai ke tangan kita. Dan apapun pendapat ulama tentang rasm utsmani, ia adalah maha karya sahabat dan khulafaur rasyidin, di mana kita dianjurkan berpegang teguh kepada sunnahnya dan sunnah khulafaur rasyidin, jika menginginkan keselamatan di saat perpecahan umat semakin menjadi yang menjadikan Islam semakin penuh warna, dan semakin meningkatnya kecenderungan manusia terhadap dunia. Semoga Allah menetapkan kita sebagai orang yang mampu mencicipi air segar telaga Rasulullah SAW dan sebagai orang yang bisa memandang wajah Allah yang maha agung. Amin. Related PapersPendahuluan Pada prinsipnya, proses kodifikasi Al-Qur"an berbeda dengan kanonisasi Alkitab, yang perbedaan tersebut tidak saja menyangkut tentang kepenulisannya, melainkan tentang metode yang digunakannya pula. Proses kepenulisan Al-Qur"an telah disaksikan dan disetujui secara serempak oleh para sahabat Nabi Muhammad saw, namun hal demikian, tidak terjadi dan dialami oleh fi ulumil qur'ans Rasmul Quran is one part of the Qu'ran disciplines in which there learn about the writing of manuscripts of the Qur'an is done in a special way, both in the writing-pronunciation pronunciation and letter forms are used. Rasmul Qur'an also known as Ottoman Rasm. Koran Ottoman writing is writing attributed to Uthman ra. Khalifah to III. The term appears after the completion of the copy of the Koran made by a team formed by Ustman in 25H. By the Ulama way of writing is usually termed the "Rasmul Ottoman". Which is then attributed to the Commander of the Faithful Ustman ra. Scholars disagree on this writing, among them there were found the article to be taufiqi direct provision of the Prophet, they are based on a history which states that the Prophet explained to one kuttab scribe revelation that Mu'awiya on the procedure for the writing of revelation , Among scholars cling to this opinion is Ibn al-Mubarak in his book "al-Ibriz" which narrates the words of his teacher 'Abdul' Aziz al-Dibagh ", that writing contained in Ottoman Rasm all have a stake, like it is known that al-The Qur'an is a miracle so did his pun awamnya seseorang muslim/muslimat, niscaya ia tahu dan memang harus tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama yang dianutnya Islam ialah al-Qur’an al-Karim. Baru kemudian diikuti dengan al-Hadis/al-Sunnah sebagai sumber penting kedua agama Islam. Beberapa hari menjelang kematiannya, Nabi Muhammad Saw berwasiat kepada umatnya supaya berpegang teguh dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut al-Qur’an dan al Sunnah. Hal ini terungkap dalam sabdanya تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا إِنْ تُمْسِكْتُمْ بِهِمَا كِتَاب اللهِ وَسُنَّة نَبِيِّهِ رواه مالك Artinya Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian umat Islam dua hal. Kalian tidak akan pernah sesat selama berpegang teguh dengan keduanya yakni Kitabullah al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya al-hadist. HR. Imam Malik. Ilmu tafsir bisa mendorong kita untuk mengetahui ilmu-ilmu al-Qur’an sedikit mendalam, serta mendorong kita untuk mengetahui hal-hal yang menunjang pemahaman al-Qur’an yang mulia ini, berupa usaha maksimal, kesungguhan yang optimal pembahasan mendalam. Kesemuanya itu harus dicurahkan dalam rangka studi al-Qur’an yang mulia. Betapa usaha para guru besar ternama dan Ulama yang terkenal, dimana mereka telah menghabiskan usia demi terjaminnya permikiran atas wahyu murni sebagai pedoman/undang-undang yang berharga, sejak awal diturunkannya al-Qur’an sampai saat ini. Mereka pulang ke rahmatullah dengan meninggalkan kekayaan ilmu pengetahuan yang melimpah ruah untuk kita, yang sumbernya tak akan kering dan mutiaranya yang tak akan habis disepanjang masa. Namun, sekalipun dengan penuh kesungguhan telah mereka curahkan dari dahulu hingga sekarang, sungguh al-Qur’an tetap merupakan lautan yang dalam dimana memerlukan penyelam yang terjun ke dalamnya untuk dapat mengambil mutiara dan permata dari aql quran hadis tidak akan membuatmu rugi, maka perbanyaklah waawasan keilmuan, dari mana pun sumber belajarnya, karena al quran adalah Kalamullah yang tidak ada khilafiyah di dalamnya, perbedaan tafsir semakin menggambarkan betapa terbatasnya pengentahuna manusia sebagai makhluk Fana ... Begitu pun dengan Hadis ... mari kita jaga akhlak kita dalam menerima sumber ilmu sbg wawasan masa depan anak-anak kita ... aamiin yaa Robbal aalamiinPenulisan Al-Qur'an dengan aturan rasm Al-Qur'an

makalah rasm al qur an